![]() |
Simposium international digelar dan dibuka di Gastro Market Bandung Grand Central Jawa Barat pada 16 juni 2022. Foto : Istimewa. |
BANDUNG, SNI. Net - Simposium international digelar dan dibuka di Gastro Market Bandung Grand Central Jawa Barat pada 16 juni 2022 kemarin.
Simposium ini mengambil tema "Diversity In Contemporary Art" dengan menghadirkan beberapa keynote speaker diantaranya Prof Rudi Harjanto (seniman dan akademisi), dr Supriatna (seniman dan akademisi), dr Gustiyan (seniman dan akademisi), dr Andang Iskandar (seniman dan akademisi), Tondi Hasibuan.Ma (seniman dan akademisi), Nathalie March (uk artist), Maya Mekira (japan artist), acara ini dipandu langsung oleh dr. Rini Maulina dan curator pameran AK Patra S.
Prof Dr. Rudi Harjanto berbicara tentang tehnik lukisan kaca dari cirebon yang mengusung kearifan lokal dan persatuan dan persahabatan dalam dunia seni kontemporer. Sementara pembicara lainnya Dr Supriatna (seniman dan akademisi) menampilkan slide sejarah dan pembentukan seni rupa nusantara dalam seni komtemporer saat ini, simposium ini menghadirkan slide presentasi dari 13 negara dan menghadirkan seniman international Nathalie March (united kingdom) dan Maya Mekira (Japan) sebagai pembicara. Di tengah sesi Dr. Gustiyan menghadirkan slide peoses dari public space sculpture dimana kehadiran public space sculpture sangat penting dalam pembentukan estetika suatu tempat dan suasana publik.
Pada sesi ke 2 dr. Andang Iskandar menampilkan materi tentang photography di dunia seni kontemporrer saat ini, dimana pembicara lainnya Tondi Hasibuan menanggapi bahwa di berbagai biennale eropa seni kontemporer harus menampilkan setiap aspek dari seni rupa itu sendiri.
Di waktu selanjutnya Nathalie March (uk) dan Maya Mekira (Japan) berbicara tentang dunia seni kontemporer dan pentingnya kesetaraan wanita dalam dunia seni kontemporer saat ini.
Tondi Hasibuan sebagai salah satu Keynote Speaker dalam Symposium tersebut menjelaskan bila seni adalah ekspresi perasaan pencipta yang dikomunikasikan kepada orang lain, sehingga mereka dapat merasakan apa yang dirasakan para seniman.
Karena itulah, lewat sebuah proses kreatif seorang seniman bisa mengutarakan gagasan, imajinasi hingga pengalaman batin yang merupakan ekspresi seniman dalam menyalurkan visi misi, opini, emosi, dedikasi hingga cinta, yang mampu berkomunikasi dengan penikmatnya. Di sini, seni menjelma menjadi sebuah sarana komunikasi dan membangun jalinan silahturahmi persahabatan.
"Dalam payung keindahan, seni mampu menyatukan manusia meski kita semua berbeda bangsa, negara, wilayah tempat tinggal atau garis-garis demarkasi lain yang biasanya melahirkan perbedaan budaya," kata Tondi Hasibuan seorang Dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung kepada SNI. Net.
"Saya berharap, dengan pameran ini, kita semua bisa berbagi pengetahuan, pengalaman dan tentu saja keindahan. Karena saya yakin, dengan seni kita bisa menebarkan keindahan dan kebahagian di tengah dunia yang semakin menyesakkan," pungkas Tondi Hasibuan.
Jurnalis. : AK. Patra, S
Editor. : Hariono
0 Komentar